Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri. Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. “Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka”, ucapnya lirih

Senin, 27 Februari 2012

Kerinduan mendalam....

Bila ane sudah low bat ane kembali membaca buku buku dan taujihat beliau, sudah kebiasaan ane bila membaca ane selalu membayangkan wajah sang pembuatnya seakan akan si pembuat benar benar ada dihadapan ana.( kecuali Al-Qur'an : ane membayangkan keindahan makhluk ciptaan-Nya )
Jika sudah demikian Semangat yang mulai redup kembali berkobar kobar, Hati yang membatu kembali mencair, Jiwa yang miskin kembali kaya.
Semoga Allah merahmati beliau, Ust. Rahmat Abdullah.
Shollawat dan Salam atas Rasulullah SAW.
                                                      Kami Merindu-Mu tapi kami malu jika kami bertemu dengan-Mu.

Kedunguan Kasta vs Komitmen Perjuangan

Almarhum KH Rahmat Abdullah

Pada suatu hari lewatlah seseorang di depan Rasulullah SAW. Beliau bertanya kepada
seseorang  disampingnya:  "Bagaimana  pendapatmu  tentang  orang  ini?"  Orang  itu
menjawab:  "Ia  lelaki  golongan  terhormat.  Demi  ALLAH,  seandainya  meminang
pastilah diterima dan bila memberi pembelaan pasti dikabulkan". Lalu Rasulullah
SAW berdiam. Kemudian melintaslah seseorang. Rasulullah bertanya kepada orang
yang disampingnya tadi: "Bagaimana pandanganmu tentang orang ini?" Ia menjawab:
"Ia muslim yang faqir. Bila meminang pantas ditolak, bila memberi pembelaan takkan
didengar pembelaannya dan bila berbicara takkan didengar ucapannya". Rasulullah
SAW bersabda : "Sepenuh bumi ia lebih baik daripada orang tadi (yang pertama)"
(HSR Muslim).

Ketika  Da’wah  ini  muncul  dan  eksis  dalam  waktu yang  sangat  singkat,  ia  telah
menyata-kan jatidirinya dengan jelas. Ia adalah kemenangan bagi siapa saja yang mau
berjuang, tidak peduli anak siapa dan berapa kekayaan bapaknya. Ia tidak peduli
penolakan Bani Israil paska nabi Musa AS ketika nabi mereka menyatakan bahwa
Thalut  yang  miskin  telah  dipilih  ALLAH  untuk  menjadi  pemimpin  mereka
(Qs.2:247). Ia tidak juga meman-jakan ‘kesombongan intelektualisme’ kaum nabi
Nuh AS yang mencap Nuh hanya diikuti oleh ‘orang-orang rendah, yang dangkal
fikiran’ (aradziluna. badia’r ra’yi, tidak kritis, Qs. 11:27). Bahkan ia pun tak sungkan-
sungkan  menegur  keras  nabinya  karena  ‘logika  prioritas’  yang  dibangunnya
menyebabkan  Abdullah  bin  Ummi  Maktum  ‘nyaris  tertinggal’.  Alqur-an
menyebutkan  "Ia  telah  bermasam  muka  dan  berpaling,  ketika  datang  kepadanya
hamba yang buta……" (Qs. 80:1-2).

Siapa yang tak kenal keutamaan keempat khalifah dan beberapa tokoh legendaris di
ka-langan para sahabat? Namun, carilah dimana nama mereka terpampang dan bukan
hanya sifat, selain Zaid, RA (Qs.33:37) ? ‘Kelas’ inilah yang diakui sebagai kekuatan
yang dengan mereka "kalian diberi rezki dan dimenangkan". (HSR Bukhari)

Pungguk Mengaku Duduki Bulan Demi kepentingan mereka, bahkan Dzulqarnain
mengoreksi  salah  kaprah  yang  merugikan  mereka  sendiri.  "…  mereka  berkata:
"Wahai  Dzulqarnain,  maukah  Engkau  kami  beri  upeti,  agar mau  membangunkan
tembok  (benteng)  yang  dapat  melindungi  kami  dari  (serangan)  mereka?"  Ia
menjawab;  "Kedudukan  yang  ALLAH  telah  berikan  kepadaku  itu  lebih  baik.
Cukuplah kalian membantuku dengan kekuatan, aku bangunkan benteng yang kuat,
memisahkan antara kamu dan mereka" (Qs.18:94-95).

Tanpa pembinaan dan penataan yang benar kelas ini akan menjadi kekuatan destruktif
yang  dikendalikan  tangan-tangan  berdarah.  Dendam  kemiskinan  kerap  membuat
orang melahap fatamorgana. Mereka melahap tuduhan bahwa masyarakat tak peduli
kepada derita mereka, lalu menyambut lambaian para penipu yang akan menunggangi
mereka. Kalau para kader hanya mencemooh dari jauh kelicikan para tengkulak yang
memperdagangkan kemiskinan dan melahap begitu banyak hak masyarakat miskin,
tetaplah roda kemenangan berpihak kepada angkara murka.

Banyak orang kaya baru (OKB) berlomba-lomba memamerkan kekayaan mereka dan
po-litisi dari partai-partai baru yang mencaci-maki partai tiran dan korup sebelumnya.
Tetapi  ajaib,  mereka  menjadi begitu norak, kemaruk dan lebih ‘ndeso’ dari para
pendahulu.. Orang kaya merambat tak perlu waktu adaptasi. Orang kaya mendadak
benar-benar perlu belajar membawa diri. Tetapi orang kaya turunan dan orang kaya
mendadak sama-sama perlu memahami dan mengingat kembali kemiskinan, betapa
pun pahit.

Kader  yang  menyikapi  jabatan  yang  diterimanya  lebih sebagai amanah dari pada
kehormatan,  akan  dengan  cepat  belajar  menyesuaikan  diri  dan  memahahami
karakteristik  tugas  dan  tantangannya.  Bawahan  yang  lebih  pandai,  diakuinya  dan
didorongnya untuk cepat menggapai posisi yang lebih sesuai. Mereka berendah hati,
karena memang tak takut jatuh dengan merendah. Sebaliknya mereka yang bagaikan
senior perpeloncoan yang kerap bermasalah dalam IP mereka, sering menampakkan
gejala ketakutan ‘disaingi’.

Perasaan  berkasta  tinggi.  Melecehkan  orang  yang  mereka  anggap  berkasta  lebih
rendah.  Menelikung  siapa  saja  yang  di  luar  koneksi.  Mengkoptasi  semua  demi
keharuman citra diri. Memecahkan masalah dengan menyalahkan orang lain. Melapor
segalanya beres tanpa ada yang dibereskan.

Hal paling berat bagi kader yang berorientasi kekuasaan atau dunia ialah usaha untuk
mendengarkan dan memahami. Mereka lebih suka didengar, difahami dan dimaklumi.
Tak ada kemajuan dalam prestasi kecuali seni membuat-buat alasan. Karena otak tak
bekerja kerap, mereka lebih suka menggunakan lutut. Muncullah kader-kader ‘gagah’
dengan  mengimitasi  tampilan  serdadu,  bukan  meningkatkan  etos,  disiplin  dan
kehormatan jundi sejati. "Army Look" adalah kebanggaan mereka yang ingin diterima
tanpa harus mengajukan dalil, yang penting orang takut dan nurut.

Kader  Sejati  Pepatah  lama  menyadarkan  kita  betapa  pentingnya  mendengar.
"Ta’allam  husna’l  Istima’  kama  tata’allam  husna’l  Hadits"  (Belajarlah  cakap
mendengar sebagaimana engkau be-lajar untuk pandai bercakap).

Para  ‘penjaja’  Fasad  telah  begitu  lihai  menggeser  cita-rasa  masyarakat.  Mereka
membentuk identitas ABG dengan segala asesori termasuk bahasa. Mereka bentuk
mental attitude-nya sendiri dan bahasa gaulnya sendiri. Seluruh sasaran bahasa adalah
penjungkirbalikan kemapanan. Dan agama adalah bagian yang dianggap kemapanan.

Bahasa fasad lebih fasih dari pada bahasa Islah. Ada bahasa gaul untuk remaja, ada
bahasa  gaul  untuk  tua-bangka  dan  ada  bahasa  gaul  untuk  preman,  morfinis  dan
kriminal lainnya.

"’Ala Man Taqra’ Zabura ?!" (Kepada siapa Anda Bacakan Zabur?), adalah sindiran
tajam bagi da’i yang asyik menyusun kata dan menikmatinya sendiri, tanpa peduli
apakah  komunikannya  dapat  mengerti.  Dalam  pertarungan  memperebutkan
pendukung, ada kekuatan berhasil meyakinkan calon pendukungnya dengan idiom-
idiom tipuan yang memukau rakyat. Ada yang dengan jujur meneriakkan visi dan
misi mereka, tetapi tidak cukup sampai ke telinga batin mereka.

Banyak kondisi menipu (Zhuruf Muzayyafah), yang kerap membuahkan kekecewaan.
Sesudah iman, ikhlas dan pengenalan konsep serta medan, kemampuan transformasi
fikrah  dan  menangkap  gejolak  arus  bawah  mutlak  perlu  dipertajam.  Pesan-pesan
penyampaian dengan berbagai pendekatan, patut dibiasakan; 1. Khathibu’n Nas ala
Qadri uqulihim (Serulah masyarakat sesuai dengan kadar akal mereka), 2. Khathibu’n
Nas  bilughati  qaumihim  (Serulah  masyarakat  dengan  bahasa  kaum  mereka),  3.
Anzilu’n Nas manazilahum (Dudukkan masyarakat menurut kedudukan mereka).

Karena da’wah bukanlah obral candu, perlu diuji ulang, cukup tajamkah telinga ini
men-dengar  krucuk  perut  yang  hanya  berisi  angin.  Cukup  sensitifkah  mata
memandang  seorang  akh  yang  membisu  dalam  kelaparannya  yang  sangat  dan
isterinya yang gemetar menanti rizki yang datang dengan sabar. Masihkah ada waktu
muhasabah  sebelum  tidur,  menyusuri  wajah  demi  wajah,  adakah  yang  belum
tersantuni. Atau menelisik kader yang hanya diberi sanksi, tanpa seorang pun tahu,
tiga hari ini ia tak punya tenaga karena sama sekali tak dapat makanan.

Ini mozaik kehidupan kita yang harus ditata menjadi serasi dan harmoni. Malang
nasib  dia  yang  mati  rasa,  nyinyir  menyindir  kesengsaraan  saudara  sebagai  buah
kemalasan,  seraya  menghabiskan  bertalam-talam  makanan  yang  tak  dapat  lagi
memenuhi rongga perutnya. Bagaimana ia dapat memahami gelombang besar rakyat
jelata  yang  bagai  singa  terluka,  menanti  kapan  saatnya  menerkam  dengan  penuh
murka.[]
Media Pustaka  : PKS.OR.ID

0 komentar:

Posting Komentar

Kembali ke ...

SHARE

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Translate

Follow me!Follow me!

P

Terus Bergerak !!!

Semburat Ingin Tahu

Cerdas MerdekA :)

SwaMedium

Ketinggalan Jejak